Wednesday, March 11, 2015

Gedung Arsip Negara

Bekas Gedung Arsip Nasional

Ketika Arsip Negara pindah ke rumah itu pada tahun 1925, pemerintah Hindia Belanda telah memperbaikinya sedapat mungkin. Taman depan ditanami lagi. Bekas tempat tinggal budak di halaman belakang digunakan untuk gudang arsip.

Sepanjang jalan masuk dari pintu gerbang sampai ke pintu depan, dulu ada sederetan pohon yang ditanam secara simetris. Kolam air di halaman belakang yang sekarang masih ada berasal dari tahun 1927, ketika sudah menjadi Arsip Negara. Dulu di kolam itu ada air mancur kecil dan ikan mas. Kolam itu rupanya tiruan dari Istana Versailles, Francis. Dulu juga ada meriam kecil di kiri-kanannya, lengkap dengan pedati mainan. Sekarang pun masih ada dua meriam di belakang. Rupanya meriam itu  sisa museum terbuka yang antara lain berisi pintu gerbang dan bagian depan rumah-rumah kuno.

Sumber air panas yang digali waktu zaman Departemen Pertambangan yang terletak dekat pintu gerbang masih ada sampai sekarang. Sumber air itu sudah ditutup, tetapi airnya disalurkan ke belakang. Airnya memang benar-benar hangat.

Para pemilik rumah ini dulu menggunakan bagian atas sebagai ruang tinggal sehari-hari. Ruang atas yang terdiri dari enam kamar, berlantai kayu, keadaannya jauh lebih sederhana dari ruang-ruang bawah. Hanya anggota keluarga dan teman akrab yang naik ke sana. Kamar-kamar itu merupakan kamar tidur keluarga, tempat penyimpanan perabot dan dapur.

Kalau kita sekarang menaiki tangga gedung Arsip Nasional ini, ada satu hal yang menarik. Ternyata orang Belanda zaman dulu juga tidak terlalu tinggi. Kalau tidak hati-hati, kepala seseorang setinggi 170 cm juga akan terbentur lantai loteng pada saat naik atau turun. Sisi tangga dibuat rapat, tetapi di bagian bawah dan tengah ada tonggak berhias pot bunga ukir. Di atas tergantung ukiran seuntai buah anggur.

Ruang bawah meliputi tiga ruangan, yakni ruang utama, tengah dan belakang. Antara ruang utama dan tengah ada pilar. Sedang antara ruang tengah dan belakang ada dinding dengan hiasan atas pintu yang melambangkan 'imari. Ruangan-ruangan bawah ini merupakan ruangan resmi tuan dan nyonya rumah. Di situ mereka menerima tamu dan menyelenggarakan pesta atau resepsi yang menjadi kegemaran zaman itu.

Ruangan-ruangan bawah ini, terutama 'bangsal' utama digambarkan sangat megah dan mewah, penuh lampu kristal dan lilin. Cahayanya memantul dari jendela-jendela kaca jika dinyalakan. Hiasan dinding dari gelas dan porselin serta perabotan antik dari berbagai periode menambah kemegahan.

Sekarang juga masih terdapat banyak perabotan kuno yang menghias ruangan bawah, tetapi bukan asli dari rumah tersebut. Misalnya lonceng kecil, kursi dan meja makan, kursi dan meja rapat, lemari besi antik, peti besi dan sebagainya. Sebagian besar berasal dari Bataviaasch Genootschap dan titipan warga Belanda perorangan ketika mereka harus mengungsi waktu Jepang masuk.

Kalau kita masuk ke dalam gedung dan hari sedang dingin mungkin kita akan merasa sedang berada di Den Haag atau Amsterdam. Sedang kalau melongok dari jendela loteng depan, dengan sedikit berkhayal kita akan mendapat ke berada di Istana Versailles dekat Paris atau Schoenbrunn –di Austria. Soalnya taman di depan gedung dirancang menurut pola taman Francis. Bedanya, kalau di Versailles pola itu dibentuk dengan bunga, di situ dengan berbagai jenis tanaman hijau.

Arsip Nasional memang indah dan patut kita banggakan serta kagumi. Gedung itu pun sebenarnya terbuka untuk umum. Namun sayang bahwa kebanyakan justru hanya wisatawan asing yang datang untuk menikmati peninggalan kuno itu.

No comments:

Post a Comment