Monday, March 30, 2015

Fitnah Berencana

Glodok

Cun Ki masih juga tidak mempercayai kata-kata majikannya. Barangkali ia tak menyangka majikannya bisa berbuat sekeji itu. Lambat-laun racun itu mulai bekerja. Ia merasakan perutnya mulai sakit. Ia terus-menerus mereguk teh, dengan harapan sakitnya makin berkurang, tetapi sebaliknya, nyeri itu bertambah parah.

Ketika sakitnya tak tertahan, Cun Ki menjerit ketakutan dan melupakan hubungannya dengan majikannya. Ia mencaci maki Tambahsia sebagai manusia kejam dan jahat. Ia menanyakan apa alasannya dirinya hendak disingkirkan secara kejam itu? -

Oey Tambah menghiburnya dengan mengatakan bahwa kematiannya takkan sia-sia, sebab ada tujuannya. Lalu ia membujuk bekas kaki-tangannya itu agar mau memberi keterangan tertulis bahwa yang memberikan racun ialah ... Liem Su King.

Keadaan Cun Ki makin lemah, sehingga ia tak berdaya melawan kehendak majikannya. Mungkin juga dia memang manusia berjiwa budak yang tak sanggup berpikir lain. Ia setuju saja dibuatkan keterangan tertulis di depan notaris yang dipanggil oleh Tambah, dan disaksikan oleh polisi serta petugas lain.

Menurut pengakuan yang didiktekan Tambah itu, Cun Ki disuruh menagih hutang kepada Liem, tetapi tidak dibayar. Sebaliknya, ia dipersilakan duduk dan diberi minuman. Ketika perutnya mulai terasa nyeri ia curiga, lalu melapor kepada Tambahsia.
 
Tak lama setelah menandatangani pernyataan itu Cun Ki meninggal, Mayatnya dibawa ke Stadsverband (rumah sakit) di Glodok untuk diperiksa. Sementara itu Tambahsia mengirimkan peti jenazah dan perlengkapan lain ke rumah keluarga Cun Ki di Jembatan Lima. Setelah polisi membuat proses verbal, mereka segera mencari Liem Su King, yang dituduh sebagai pembunuh .Di rumahnya didapat keterangan bahwa orang itu sudah empat hari tidak pulang. Di duga ia sedang asyik main judi di rumah perkumpulannya.

No comments:

Post a Comment