Gereja Katedral
Di Taman Kwitang, depan Gunung Agung, Prapatan, dulu mengalir sebuah kali yang cukup lebar dengan air lumayan bersih. Kali ini disebut Kali Baterai, menjurus dari Kali Ciliwung di barat, terus ke Kali Baru di timur sampai Galur dan bergabung dengan Selokan Bungur. Setiap sore Kali Baterai di depan Proyek Senen ramai dengan orang yang mandi dan mencuci.
Di Jalan Kenanga, persis di depan Firma Lauw Tjin (gedung ini sampai tahun 1985 masih ada) dulu ada sebuah gereja kecil. Luasnya hanya 23 x 8 meter. Ada kemungkinan gereja ini didirikan oleh Chastelein. Gubernur Jenderal Van den Bosch menikah di gereja ini pada tahun 1804. Sampai tahun 1829 gereja ini dipakai sebagai gereja Katolik Roma kotapraja. Kemudian Gereja ini di ganti dengan gereja baru, dan diberkati menjadi Gereja Katedral yang terletak di sudut Waterlooplein. Berita tentang perobohan gereja lama dimuat dalam Javasche Courant tanggal 4 Februari 1830.
Tak dapat disangkal bahwa orang-orang Tionghoa dulu berperan serta dalam mengembangkan Weltevreden, khususnya daerah Senen. Mereka berusaha sebagai saudagar, petani, pengusaha kebun, tukang kayu, tukang besi bahkan pembuat arak. Mereka-lah yang mula-mula merambah hutan dan rawa untuk dijadikan perkebunan yang subur.
Salah seorang Tionghoa yang berhasil "mengabadikan" namanya dalam sejarah Pasar Senen (meskipun kurang jelas apa jasanya) adalah Letnan Tan Wang Seng. Di Segi Tiga Senen itu ada gang yang dikenal bernama Gang Wangseng (kini Jalan Senen Raya).
Di Jalan Kenanga, persis di depan Firma Lauw Tjin (gedung ini sampai tahun 1985 masih ada) dulu ada sebuah gereja kecil. Luasnya hanya 23 x 8 meter. Ada kemungkinan gereja ini didirikan oleh Chastelein. Gubernur Jenderal Van den Bosch menikah di gereja ini pada tahun 1804. Sampai tahun 1829 gereja ini dipakai sebagai gereja Katolik Roma kotapraja. Kemudian Gereja ini di ganti dengan gereja baru, dan diberkati menjadi Gereja Katedral yang terletak di sudut Waterlooplein. Berita tentang perobohan gereja lama dimuat dalam Javasche Courant tanggal 4 Februari 1830.
Tak dapat disangkal bahwa orang-orang Tionghoa dulu berperan serta dalam mengembangkan Weltevreden, khususnya daerah Senen. Mereka berusaha sebagai saudagar, petani, pengusaha kebun, tukang kayu, tukang besi bahkan pembuat arak. Mereka-lah yang mula-mula merambah hutan dan rawa untuk dijadikan perkebunan yang subur.
Salah seorang Tionghoa yang berhasil "mengabadikan" namanya dalam sejarah Pasar Senen (meskipun kurang jelas apa jasanya) adalah Letnan Tan Wang Seng. Di Segi Tiga Senen itu ada gang yang dikenal bernama Gang Wangseng (kini Jalan Senen Raya).
No comments:
Post a Comment